Selasa, 14 April 2015

REVIEW TEORI BELAJAR DAN PETA KONSEP


REVIEW TEORI BELAJAR DAN PETA KONSEP
Oleh: Novi Lestariningsih, S.Pd.
NIM: 14712251060

A.    REVIEW TEORI BELAJAR
1.      BEHAVIORISM THEORY
Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.
Tokoh teori behavioristik adalah Thorndike, Pavlov, skinner
Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.
Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Begitu pula bila respon dikurangi/dihilangkan (negative reinforcement) maka respon juga semakin kuat.

2.      SOCIAL COGNITIVE THEORY
Dikembangkan oleh Albert Bandura. Penamaan baru dengan nama Teori Kognitif Sosial ini dilakukan pada tahun 1970-an dan 1980-an.
Ide pokok dari pemikiran Bandura (Bandura, 1962) juga merupakan pengembangan dari ide Miller dan Dollard tentang belajar meniru (imitative learning). Pada beberapa publikasinya, Bandura telah mengelaborasi proses belajar sosial dengan faktor-faktor kognitif dan behavioral yang memengaruhi seseorang dalam proses belajar sosial. Teori ini sangat berperan dalam mempelajari efek dari isi media massa pada khalayak media di level individu.
Teori Kognitif Sosial memberikan sebuah penjelasan tentang bagaimana perilaku bisa dibentuk melalui pengamatan pada model-model yang ditampilkan oleh media massa. Efek dari pemodelan ini meningkat melalui pengamatan tentang imbalan dan hukuman yang dijatuhkan pada model, melalui identifikasi dari khalayak pada model tersebut, dan melalui sejauh mana khalayak memiliki efikasi diri tentang perilaku yang dicontohkan di media. Meski berdasarkan bidang studi psikologi sosial, teori ini memeiliki efek yang kuat untuk pemahaman tentang efek kekerasan melalui media baik untuk anak-anak maupun orang dewasa dan juga pada perencanaan kampanye yang ditujukan untuk mengubah perilaku masyarakat melalui media.

Konsep-konsep Utama dari Teori Kognitif Sosial
a.       obvervational learning
Pada konsep ini, proses belajar dilakukan dengan mengamati model. Perilaku seseorang bisa timbul hanya karena proses modeling.
Proses modeling bisa dilakukan secara langsung, maupun melalui media.
b.      Rewards and punishment
Di dalam kasus ini, teori kognitif sosial kembali ke konsep dasar "rewards and punishments" -- imbalan dan hukuman-- tetapi menempatkannya dalam konteks belajar sosial.
Di dalam teori kognitif sosial, penguatan bekerja melalui proses efek menghalangi (inhibitory effects) dan efek membiarkan (disinhibitory effects).
1)      Inhibitory Effects terjadi ketika seseorang melihat seorang model yang diberi hukuman karena perilaku tertentu.
2)       Disinhibitory effects terjadi ketika seseorang melihat seorang model yang diberi penghargaan atau imbalan untuk suatu perilaku tertentu. Efek-efek yang dikemukakan di atas tidak tergantung pada imbalan dan hukuman yang sebenarnya, tetapi dari penguatan atas apa yang dialami orang lain tapi dirasakan seseorang sebagai pengalamannya sendiri (vicarious reinforcement).
Vicarious reinforcement ada terjadi karena adanya konsep pengharapan hasil (outcome expectations) dan harapan hasil (outcome expectancies). Outcome expectations menunjukkan bahwa ketika kita melihat seorang model diberi penghargaan dan dihukum, kita akan berharap mendapatkan hasil yang sama jika kita melakukan perilaku yang sama dengan model.
outcome expectancies -- harapan akan hasil. Harapan-harapan ini mempertimbangkan sejauh mana penguatan tertentu yang diamati itu dipandang sebagai sebuah imabalan/penghargaan atau hukuman.
c.       Identification
Salah satu tambahan yang penting bagi teori ini adalah konsep identifikasi (indentification) dengan model di dalam media. Secara khusus teori kognitif sosial menyatakan bahwa jika seseorang merasakan hubungan psikologis yang kuat dengan sang model, proses belajar sosial akan lebih terjadi.
d.      Self efficacy
Self efficacy adalah kemampuan sang "pengamat" untuk menampilkan sebuah perilaku khusus dan kepercayaan yang dipunyainya untuk menampilkan perilaku trsebut. Hal ini dipandang sebagai sebuah prasayarat kritis dari perubahan perilaku.


3.      COGNITIVE INFORMATION THEORY
Teori belajar kognitif memandang belajar sebagai proses pemfungsian unsur-unsur kognisi, terutama unsur pikiran, untuk dapat mengenal dan memahami stimulus yang datang dari luar. Aktivitas belajar pada diri manusia ditekankan pada proses internal berfikir, yakni proses pengolahan informasi.
Ada banyak tokoh yang mendefinisikan tentang pemrosesan informasi yaitu Robert M Gagne, B. Pandangan Slavin, Ausubel, dan Zigler dan STevenso.
Pemrosesan informasi terdiri atas tiga macam ingatan yaitu: sensory memory atau Memori Inderawi (MI),Memori Jangka Pendek (MJPd) atau short-term/working memory, serta Memori Jangka  Panjang (MJPj) atau long-term memory. Strategi pembelajaran daya ingat terbagi menjadi 3 yaitu: Pembelajaran pasangan-berkaitan, pembelajaran serial, dan pembelajaran ingatan bebas. Sedangkan strategi yang membantu siswa dalam belajar terbagi menjadi 5 yaitu: membuat catatan, menggarisbawahi, meringkas, menulis untuk belajar, serta membuat garis besar dan memetakan.

4.      MEANINGFULL LEARNING THEORY
Tokoh teori belajar ini adalah David P Ausubel . Pembelajaran bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Struktur kognitif meliputi fakta-fakta, konsep-konsep, dan generalisasi-generalisasi yang telah dipelajari dan diingat siswa.
Faktor-faktor utama yang mempengaruhi belajar bermakna menurut Ausubel adalah struktur kognitif yang ada, stabilitas dan kejelasan pengetahuan dalam suatu bidang studi tertentu dan pada waktu tertentu. Pembelajaran bermakna terjadi apabila seseorang belajar dengan mengasosiasikan fenomena baru ke dalam struktur pengetahuan mereka. Dalam proses belajar seseorang mengkonstruksi apa yang telah ia pelajari dan mengasosiasikan pengalaman, fenomena, dan fakta-fakta baru ke dalam struktur pengetahuan mereka.
Kebaikan Belajar Bermakna
a.       Informasi yang dipelajari secara bermakna lebih lama diingat.
b.      Informasi baru yang telah dikaitkan dengan konsep-konsep relevan sebelumnya dapat meningkatkan konsep yang telah dikuasai sebelumnya sehingga memudahkan proses belajar mengajar berikutnya untuk memberi pelajaran yang mirip.
c.       Informasi yang pernah dilupakan setelah pernah dikuasai sebelumnya masih meninggalkan bekas sehingga memudahkan proses belajar mengajar untuk materi pelajaran yang mirip walaupun telah lupa.
Prasyarat agar belajar menerima menjadi bermakna menurut Ausubel, yaitu:
Belajar menerima yang bermakna hanya akan terjadi apabila siswa memiliki

Strategi belajar bermakna. Strategi bermakna itu adalah:
a.       Tugas-tugas belajar yang diberikan kepada siswa harus sesuai dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa.
b.      Tugas-tugas belajar yang diberikan harus sesuai dengan tahap perkembangan intelektual siswa.
Sama seperti Bruner dan Gagne, Ausubel beranggapan bahwa aktivitas belajar siswa, terutama mereka yang berada di tingkat pendidikan dasar, akan bermanfaat kalau mereka banyak dilibatkan dalam kegiatan langsung.  Namun untuk siswa pada tingkat pendidikan lebih tinggi, maka kegiatan langsung akan menyita banyak waktu. Untuk mereka, menurut Ausubel, lebih efektif kalau guru menggunakan penjelasan, peta konsep, demonstrasi, diagram, dan ilustrasi.

5.      DEVELOPMENT APPROACH THEORY
Tokoh dalam teori ini adalah Jean Piaget. Dalam teori ini, Piaget percaya bahwa anak-anak mengembangkan kognisi dan pengetahuan dengan maju melalui serangkaian tahap perkembangan. Ia menyatakan hipotesis bahwa setiap tahap terjadi secara berurutan dan tidak ada tahap yang bisa dilewatkan. Untuk berpindah dari satu tahap ke tahap berikutnya, melalui :
a.       Asimilasi: Memasukkan struktur logis baru (atau skema) ke yang sudah ada bahwa kita kemudian berlaku untuk dunia di sekitar kita.
b.      Akomodasi: Memodifikasi struktur logis atau skema untuk kesepakatan yang lebih baik dengan lingkungan.
c.        Equalibriation: Keseimbangan antara struktur kognitif asimilasi dan akomodasi dalam mencapai pengetahuan.
d.      Egosentrisme: Kegagalan untuk memahami bagaimana titik pandang orang lain yang berbeda dari mereka sendiri.
Piaget membagi skema yang digunakan anak untuk memahami dunianya melalui empat periode utama yaitu:
a.       Periode sensorimotor (usia 0–2 tahun)
b.      Periode praoperasional (usia 2–7 tahun)
c.       Periode operasional konkrit (usia 7–11 tahun)
d.      Periode operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa)



6.      SOCIAL FORMATION THEORY
Teori yang sesuai dengan Social Formation Theory adalah teori Zone of Proximal Development dari Vygotsky. Dalam teori ini, menunjukan bahwa peserta didik atau siswa membangun pengetahuan mereka sendiri. Peserta didik melakukan proses internalisasi pengetahuan. Pernyataan Lev Vygotsky diperluas pada ide-ide Piaget dan secara khusus melihat bagaimana interaksi dan kolaborasi sosial memungkinkan peserta didik untuk belajar. Sedangkan Piaget percaya bahwa perkembangan memiliki titik akhir dan terdiri dari empat periode utama pertumbuhan yang meliputi tahap sensorimotor, praoperasional, perasional konkrit, dan operasional formal.
Teori yang dikembangkan oleh Vygotsky dapat dipahami dalam tiga tema umum yaitu :
a.       penggunaan metode genetik, atau perkembangan;
b.      klaim bahwa fungsi mental yang lebih tinggi dalam individu muncul dari proses sosial
c.       klaim bahwa proses sosial dan psikologis manusia secara fundamental dibentuk oleh alat budaya, atau cara mediational.
Ada dua konsep penting dalam teori Vygotsky (Slavin, 1997), yaitu Zone of Proximal Development (ZPD) dan scaffolding.
Zone of Proximal Development (ZPD) merupakan jarak antara tingkat perkembangan sesungguhnya yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah secara mandiri dan tingkat perkembangan potensial yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau melalui kerjasama dengan teman sejawat yang lebih mampu.
Scaffolding merupakan pemberian sejumlah bantuan kepada siswa selama tahap-tahap awal pembelajaran, kemudian mengurangi bantuan dan memberikan kesempatan untuk mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar setelah ia dapat melakukannya (Slavin, 1997).

7.      REPRESENTATION AND DISCOVERY LEARNING
Tokoh dalam teori ini adalah Jerome S.Bruner seorang ahli psikologi (1915) dari Universitas Harvard, Amerika Serikat. Dasar pemikiran teorinya memandang bahwa manusia sebagai pemproses, pemikir dan pencipta informasi. Bruner menyatakan belajar merupakan suatu proses aktif yang memungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal baru diluar informasi yang diberikan kepada dirinya.
Tahap-tahap dalam proses belajar mengajar
Menurut Bruner, dalam proses belajar siswa menempuh tiga tahap, yaitu:
1.      Tahap Enaktif.
Dalam tahap ini penyajian yang dilakukan melalui tindakan anak secara langsung terlihat dalam memanipulasi (mengotak atik)objek.
2.      Tahap Ikonik
Dalam tahap ini kegiatan penyajian dilakukan berdasarkan pada pikiran internal dimana pengetahuan disajikan melalui serangkaian gambar-gambar atau grafik yang dilakukan anak, berhubungan dengan mental yang merupakan gambaran dari objek-objek yang dimanipulasinya.
3.      Tahap Simbolis
Dalam tahap ini bahasa adalah pola dasar simbolik, anak memanipulasi Simbol-simbol atau lambang-lambang objek tertentu.
Bruner menjadi sangat terkenal karena dia lebih peduli terhadap proses belajar daripada hasil belajar,metode yang digunakannya adalah metode Penemuan (discovery learning).Discovery learning dari Bruner merupakan model pengajaran yang dikembangkan berdasarkan pada pandangan kognitif tentang pembelajaran dan prinsip-prinsip konstruktivitas.
Dalam Teori Bruner dengan metode Penemuan (discovery learning), kekurangannya tidak bisa digunakan pada semua materi dalam matematika hanya beberapa materi saja yang dapat digunakan dengan metode penemuan.
Teori belajar matematika menurut J.S. Bruner tidak jauh berbeda dengan teori J. Piaget. Menurut teori J.S. Bruner langkah yang paling baik belajar matematika adalah dengan melakukan penyusunan presentasinya, karena langkah permulaan belajar konsep, pengertian akan lebih melekat bila kegiatan-kegiatan yang menunjukkan representasi (model) konsep dilakukan oleh siswa sendiri dan antara pelajaran yang lalu dengan yang dipelajari harus ada kaitannya.
Menurut Bruner, agar proses mempelajari sesuatu pengetahuan atau kemampuan berlangsung secara optimal, maka kemampuan dapat diinternalisasi dalam struktur kognitif orang yang bersangkutan.Kemampuan tersebut dibagi dalam 3 tahap yaitu, tahap enaktif, tahap ikonik, dan tahap simbolik.

8.      CONSTRUKTIVISTIK APPROACH
Teori Konstruktivisme  didefinisikan sebagai  pembelajaran  yang  bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Teori kontruktivisme lebih memahami belajar sebagai kegiatan manusia membangun atau menciptakan pengetahuan dengan memberi makna pada pengetahuannya sesuai dengan pengalamannya.
Tokoh dalam teori belajar ini adalah Piaget
Konsep teori konstrukstivisme:
·         Pengetahuan tidak bisa ditransfer dari guru kepada orang lain, karena setiap orang mempunyai skema sendiri tentang apa yang diketahuinya.
·         Pembentukan pengetahuan merupakan proses kognitif dimana terjadi proses asimilasi dan akomodasi untuk mencapai suatu keseimbangan sehingga terbentuk suatu skema yang baru.
·         Belajar yang lebih menekankan pada proses daripada hasil. Hasil belajar sebagai tujuan dinilai penting, tetapi proses yang melibatkan cara dan strategi dalam belajar juga dinilai penting.
·         Proses belajar, hasil belajar, cara belajar, dan strategi belajar akan mempengaruhi perkembangan tata pikir dan skema berpikir seseorang. Sebagai upaya memperoleh pemahaman atau pengetahuan, siswa ”mengkonstruksi” atau membangun pemahamannya terhadap fenomena yang ditemui dengan menggunakan pengalaman, struktur kognitif, dan keyakinan yang dimiliki.

Asimilasi adalah penyerapan informasi baru dalam pikiran.
Akomodasi adalah proses mental yang meliputi pembentukan skema baru yang cocok dengan rangsangan baru atau memodifikasi skema yang sudah ada sehingga cocok dengan rangsangan.

9.      TECHNOLOGICAL THEORY
Sistem inovasi teknologi adalah sebuah konsep yang dikembangkan dalam bidang ilmiah inovasi penelitian yang berfungsi untuk menjelaskan sifat dan tingkat perubahan teknologi. Teori yang berhubungan dengan Tecnological Apprroach adalah Differentiated Instruction, Understanding by Design and Universal Design for Learning.
Dalam Teori Differentiated Instruction, Understanding by Design and Universal Design for Learning terlihat pada kombinasi yang kuat dari tiga model mengajar/belajar yang berbeda, yaitu:
a.       Understanding by Design (UBD)
Teori ini mengajar di kelas telah terpengaruh dengan cara yang tidak sepenuhnya bermanfaat bagi pembelajaran. Guru membutuhkan model yang menyumbang standar tetapi juga menunjukkan bagaimana pembelajaran dan pemahaman dapat mengatasi standar konten serta mengembangkan basis informasi yang kuat.
b.      Instruksi Differentiated (DI)
Teori ini melihat pada bagaimana dan di mana kita mengajar siswa kita, berfokus pada praktek-praktek terbaik untuk masing-masing peserta didik. Selain harapan konten adalah sulitnya memenuhi kebutuhan beragam kelas hari ini. Bahasa, budaya, jenis kelamin, kesenjangan ekonomi, motivasi, cacat, kepentingan pribadi dan gaya belajar serta lingkungan rumah hanya beberapa dari banyak variabel yang membawa siswa ke sekolah dengan mereka.
c.       Universal Desain Pembelajaran (UDL)
Teori ini menyatakan bahwa pembelajaran berusaha untuk memastikan bahwa lingkungan belajar, termasuk kurikulum, penilaian dan alat-alat belajar mengajar mempromosikan belajar dan menghapus hambatan belajar.


10.  SOCIAL APPROACH
Teori social approach hampir sama dengan teori-teori belajar sosial yang lain. Dalam teori ini beranggapan bahwa :
a.       Semua perilaku terjadi dalam konteks sosial.
b.      Perilaku seorang individu dipengaruhi oleh orang lain dan masyarakat.
Psikologi sosial melihat pengaruh individu, kelompok, masyarakat dan budaya pada perilaku individu. Pendukung dari teori ini antara lain teori behaviorisme, teori kognitif sosial, teori informasi sosial dan teori Lev Vygotsky. Beberapa teori tersebut mendasari perkembangan seseorang dipengaruhi oleh lingkungan, dan banyak faktor luar.
   
B.     HUBUNGAN ANTAR TEORI
Dari teori belajar yang dipaparkan diatas, terdapat beberapa hubungan dan kesamaan konsep  teori diantara masing-masing teori belajar.
Teori behavioristik, Sosial approach, social kognitif learning, dan social formation teori adalah mempunyai konsep yang hampir sama. Keempat teori ini, pembentukan perilaku berasal dari luar atau dipengaruhi oleh lingkungaan sosial. Pada teori behavioristik perilaku siswa terbentuk karena adanya stimulus dan respon. Sehingga, hasil perilaku siswa sangat tergantung dari stimulus yang diberikan oleh guru. Jika diterapkan dalam pembelajaran, teori ini kurang mengaktifkan siswa, kegiatan pembelajaran lebih berpusat pada guru. Siswa dianggap belum mempunyai informasi apapun. Siswa dianggap sebagai kertas putih atau tong kosong yang siap diisi dengan apapun. Pada keempat teori ini, motivasi belajar siswa adalah motivasi ekstrinsik atau motivasi dari luar. Pada teori behaviorism dan kognitif sosial, keberhasilan dalam belajar sangat dipengaruhi oleh reward and punishment, serta reinforcement. Berhasil atau tidaknya seorang siswa dalam belajar menurut teori ini diukur dengan melihat perubahan perilaku dengan menggunakan test atau evaluasi hasil. Tidak berbeda jauh dengan kedua teori tersebut, pada teori belajar sosial formation dan sosial approach, keberhasilan belajar tergantung dari pengaruh lingkungan sosial yang dekat dengan siswa.
Sedangkan Cognitive Information Theory , Meaningfull Learning Theory, Development Approach,  Discovery Learning, Konstruktivistik, dan Technological Approach adalah teori belajar yang dalam kegiatan belajarnya adalah berusaha membuat siswa aktif. Proses pemerolehan informasi dengan cara bermakna. Siswa diajak untuk mengembangkan pengetahuannya melalui serangkain proses aktif. Kunci keberhasilan dalam belajar adalah ditangan siswa itu sendiri. Motivasi dari dalam sangat berperan penting. Peran kognitif atau mental sangat penting. Hal ini dikarenakan untuk dapat mengolah informasi-informasi penting dari pembelajaran dibutuhkan peran kognisi yang memadai.Semua teori tersebut menghendaki adanya aktifitas siswa sebagai proses belajar. Siswa belajar dengan mengkonstruk konsep dengan cara mensinergikan antara pengalaman yang telah diperoleh dengan proses belajar yang sedang dijalani. Proses belajar siswa terpusat pada siswa, guru berperan sebagai fasilitator.

C.    PETA KONSEP



















































































































DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Teknologi_pendidikan

1 komentar:

Marsigit mengatakan...

Aslm selamat berjuang. Teruskan. Wslm