Selasa, 14 April 2015

MEMBANGUN LEARNING TRAJECTORY DENGAN MENERAPKAN RUANG DAN WAKTU DALAM TEACHING TRAJECTORY


MEMBANGUN LEARNING TRAJECTORY DENGAN MENERAPKAN RUANG DAN WAKTU DALAM TEACHING TRAJECTORY
Oleh : Novi Lestariningsih, S.Pd.
NIM : 14712251060

Refleksi kuliah pada hari Rabu, 8 April 2015
Pengembangan Learning Trajectory Pendidikan Dasar
Dosen Pengampu Prof. Dr. Marsigit, M. A.

Learning trajectory adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari bagaimana cara siswa belajara, sedangkan teaching trajectory adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari bagaimana seharusnya guru mengajar. Membangun teori learning trajectory dan teaching trajectory merupakan hal yang sangat penting untuk dapat mengerti dan menerapkan learning and teaching trajectory dalam kegiatan mengajar di sekolah. Dengan mengerti tentang teori tentang learning trajectory dan teaching trajectory, guru akan sangat mudah dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar, sehingga hasil pembelajaran optimal, serta pembelajaran menjadi lebih bermakna.
Dalam membangun teori learning trajectory, ada empat hal yang menjadi landasan, diantaranya yaitu :
1.      Landasan Spiritual
Bentuk spiritual yang dapat dipelajari mulai dari yang paling rendah tahapanya yaitu syariat, yang lebih tinggi yaitu hakikat, dan yang paling tinggi adalah ma’rifat.
2.      Landasan Formal 
Bentuk formal merupakan dokumen resmi yang dibuat pemerintah sampai dokumen yang dibuat sekolah dan guru. Yang termasuk dalam bentuk formal yaitu :
a.       UUD 1955
b.      UU
c.       Peraturan Pemerintah
d.      Peraturan Menteri
e.       Kurikulum
f.       Silabus
g.      RPP
h.      LKS
3.      Landasan Material
Material disebut juga sebagai bentuk dari konteks dan konten. Material yang dipelajari untuk membangun teori learning trajectory yaitu :
Konteks mulai dari fisik, yang disebut artefak. Lingkungan atau budaya, misal etnomathematic (matematika berbasis budaya). Konteks bisa juga menggunakan sastra.
4.      Pengalaman
Pengalaman dalam hal ini bisa menggunakan pengalaman-pengalaman guru lain ketika mengajar, misalnya melalui video tape record (VTR).
Dalam membangun learning trajectory, guru harus mempunyai konsep teori atau referensi teori belajar dari para ahli. Mustahil bagi seorang guru mampu membangun learning trajectori tanpa memahami teori belajar dari para ahli. Setelah guru memahami berbagai teori dari para ahli, selanjutnya teori itu diinteraksikan kedalam pembelajaran sehari-hari, agar pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan. Selain itu, guru juga perlu melakukan berbagai macam penelitian, untuk membuktikan kebenaran dari masing-masing teori.Ketika guru melakukan penelitian, maka seorang guru itu telah mengembangkan ilmu. Hal ini akan bermanfaat bagi dirinya, juga bermanfaat bagi orang lain, sekolah, dan dunia pendidikan pada umumnya.
Dalam  memahami hermenitika, tiap titik mengandung 3 unsur, yaitu
1.      Rutin
Dalam kegiatan ini belum ada ikhtiarnya. Hanya mau menerima sesuai kodratnya, tidak mau berusaha lebih keras. Sehingga hasilnya juga hanya minim.
2.      Sadar terhadap ruang dan waktu
Dalam tahapan ini telah menyadari adanya ruang dan waktu dan dapat menyesuaikan terhadap ruang dan waktu.
3.      Membangun hidup
4.      Tahap ini merupakan tahapan tertinggi dalam hermenitika. Sebenar-benarnya belajar adalah membangun.
Peran guru dalam hal ini adalah memberi fasilitas dan kesempatan ruang dan waktu kepada siswa untuk agar dapat membangun hidup. Di sini akan lahir hermenitika learning trajectory. Dalam learning trajectory, seorang guru juga harus mengetahui hakikat wadah dan isi dari learning trajectory. Isi berupa kategori, sedangkan wadah berupa sintak. Dari wadah dan isi tersebut terdapat pengetahuan. Kategari merupakan apa yang ada ini berbeda. Sedangkan sintak dapat berhirarki, missal dari PAUD, SD, sampai dewasa. Kemampuan tiap tahapan berbeda-beda. Dalam membangun teori learning trajectory harus mengetahui teori-teori yang berkaitan dengan learning trajectory.
Kesimpulan yang dapat saya ambil adalah bahwa dalam mempelajari atau membangun teori learning trajectory, kita harus tahu dan mempelajari teori dengan cara membaca referensi dan menghubungkanya dengan kegiatan di lapangan. Selain mempelajari teori, juga harus dipraktikan dalam kerangka lesson study. Dalam praktik pembelajaran harus bersifat terbuka dan dapat bekerja sama dengan pihak lain agar kita benar-benar bisa meningkatkan mutu sebagai pendidik.

Tidak ada komentar: