Selasa, 07 April 2015

PENTINGNYA PENGETAHUAN INTUITIF DALAM PEMBELAJARAN SEKOLAH DASAR

PENTINGNYA PENGETAHUAN  INTUITIF DALAM PEMBELAJARAN SEKOLAH DASAR

Oleh:
Novi Lestariningsih, S.Pd.
NIM 14712251060

Refleksi Pertemuan Ke-2
Pengembangan Learning Trajectory Pendidikan Dasar (Rabu, 18 Februari 2015)
Dosen Pengampu Prof. Dr. Marsigit, M. A.

Intuisi, sesuatu yang sering didengar tetapi sulit untuk mendeskripsikannya. Pemahaman tentang intuisi sangat beragam, ada yang mengartikannya sebagai perasaan, feeling, dan banyak lagi pengertian intuisi yang dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Segala macam hal dalam kehidupan ini dilakukan dengan intusi, contohnya adalah rasa cinta. Definisi dari rasa cinta tidak pernah tepat, yang bisa mendefinisikannya secara tepat hanyalah hati. Cinta itu hanya dapat dirasakan dan bukan didefinisikan. Begitu pula halnya dengan intuisi yang hanya bisa dirasakan tanpa ada definisi yang tepat tentangnya.
            Intuisi mengambil peran penting dalam kehidupan. Intuisi diperlukan untuk dapat menyikapi berbagai peristiwa dan kesempatan yang dialami dengan baik. Intuisi adalah kemampuan berpikir melewati batas-batas yang terpikirkan oleh orang lain, intuisi bukanlah kalkulasi. Peran intuisi dalam pendidikan saat ini pun sangat diperlukan, khususnya dalam pembelajaran Sekolah Dasar . Intuisi sangat berperan dalam memahami pernyataan-pernyataan matematika dan dalam pemecahan masalah matematika. Pemecahan masalah merupakan tujuan yang akan dicapai dengan jalan mengadakan pengamatan yang teliti dan reorganisasi terhadap unsur-unsur dari totalitas masalah tersebut sehingga lahirlah suatu pemahaman yang utuh.
            Dalam memecahkan masalah matematika diperlukan proses berpikir analitik dan logika. Intuisi didefinisikan sebagai kognisi yang secara subyektif kebenarannya terkandung di dalamnya, dapat diterima langsung, holistik, bersifat memaksa, ekstrapolatif, tidak analitis, tanpa suatu penalaran secara logis. Kegiatan pembelajaran di Sekolah Dasar saat ini masih didominasi pada pengetahuan formal saja,  akibatnya anak kurang bisa menguasai materi pembelajaran dan pembelajaran menjadi kurang bermakna. Anak tidak diberi kesempatan untuk membangun pengetahuannya sendiri. Sehingga anak kurang percaya diri dalam segala hal  dan mulai kehilangan intuisinya dalam belajar. Sebenarnya intuisi berkaitan erat dengan cara alamiah anak dalam belajar dan berpikir. Oleh karena itu pembelajaran yang dapat mengembangkan intuisi anak sangatlah diperlukan.
            Salah satu bentuk pembelajaran yang dapat mengembangkan intuisi anak adalah pembelajaran dengan teori belajar konstruktivisme. Konstruktivisme merupakan pembelajaran yang menjadikan siswa sebagai pusat (student centered). Siswa diberikan kesempatan untuk membangun pengetahuannya sendiri, sedangkan guru berperan sebagai mediator dan fasilitator.  Menurut konstruktivisme, pengetahuan ada dalam diri seseorang yang sedang mengetahui. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari otak seseorang  (guru) ke kepala orang lain (siswa). Siswa sendirilah yang harus mengartikan apa yang telah diajarkan dengan menyesuaikan terhadap pengalaman-pengalaman mereka atau konstruksi yang telah mereka bangun/miliki sebelumnya.
Pengetahuan merujuk pada pengalaman seseorang akan dunia, tetapi bukan dunia itu sendiri. Tanpa pengalaman, seseorang tidak dapat membentuk pengetahuan. Pengalaman tidak hanya diartikan sebagai pengalaman fisik, tetapi juga pengalaman kognitif dan mental.  Pengetahuan dibentuk oleh struktur penerimaan konsep seseorang sewaktu dia berinteraksi dengan lingkungannya. Lingkungan merujuk pada semua objek  dan proposisinya yang kita abstraksikan dari pengalaman dalam diri kita sendiri. Lingkungan juga merujuk pada hal-hal yang berada di sekeliling fokus kita. Lingkungan, baik yang ada dalam diri kita sendiri maupaun hal-hal disekeliling merupakan lingkup dari pengalaman kita masing-masing, bukan dunia obyektif yang lepas dari pengamat .

Tidak ada komentar: