PENTINGNYA
PENGETAHUAN INTUITIF DALAM PEMBELAJARAN
SEKOLAH DASAR
Oleh:
Novi
Lestariningsih, S.Pd.
NIM
14712251060
Refleksi Pertemuan Ke-2
Pengembangan Learning Trajectory Pendidikan Dasar (Rabu, 18 Februari
2015)
Dosen Pengampu Prof. Dr. Marsigit, M. A.
Intuisi, sesuatu yang sering didengar tetapi sulit
untuk mendeskripsikannya. Pemahaman tentang intuisi sangat beragam, ada yang
mengartikannya sebagai perasaan, feeling, dan banyak lagi pengertian intuisi
yang dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Segala macam hal dalam
kehidupan ini dilakukan dengan intusi, contohnya adalah rasa cinta. Definisi
dari rasa cinta tidak pernah tepat, yang bisa mendefinisikannya secara tepat
hanyalah hati. Cinta itu hanya dapat dirasakan dan bukan didefinisikan. Begitu
pula halnya dengan intuisi yang hanya bisa dirasakan tanpa ada definisi yang
tepat tentangnya.
Intuisi mengambil
peran penting dalam kehidupan. Intuisi diperlukan untuk dapat menyikapi
berbagai peristiwa dan kesempatan yang dialami dengan baik. Intuisi adalah
kemampuan berpikir melewati batas-batas yang terpikirkan oleh orang lain,
intuisi bukanlah kalkulasi. Peran intuisi dalam pendidikan saat ini pun sangat
diperlukan, khususnya dalam pembelajaran Sekolah Dasar . Intuisi sangat
berperan dalam memahami pernyataan-pernyataan matematika dan dalam pemecahan
masalah matematika. Pemecahan masalah merupakan tujuan yang akan dicapai dengan
jalan mengadakan pengamatan yang teliti dan reorganisasi terhadap unsur-unsur
dari totalitas masalah tersebut sehingga lahirlah suatu pemahaman yang utuh.
Dalam memecahkan
masalah matematika diperlukan proses berpikir analitik dan logika. Intuisi
didefinisikan sebagai kognisi yang secara subyektif kebenarannya terkandung di
dalamnya, dapat diterima langsung, holistik, bersifat memaksa, ekstrapolatif,
tidak analitis, tanpa suatu penalaran secara logis. Kegiatan pembelajaran di
Sekolah Dasar saat ini masih didominasi pada pengetahuan formal saja, akibatnya anak kurang bisa menguasai materi
pembelajaran dan pembelajaran menjadi kurang bermakna. Anak tidak diberi
kesempatan untuk membangun pengetahuannya sendiri. Sehingga anak kurang percaya
diri dalam segala hal dan mulai
kehilangan intuisinya dalam belajar. Sebenarnya intuisi berkaitan erat dengan
cara alamiah anak dalam belajar dan berpikir. Oleh karena itu pembelajaran yang
dapat mengembangkan intuisi anak sangatlah diperlukan.
Salah satu bentuk
pembelajaran yang dapat mengembangkan intuisi anak adalah pembelajaran dengan
teori belajar konstruktivisme. Konstruktivisme merupakan pembelajaran yang
menjadikan siswa sebagai pusat (student
centered). Siswa diberikan kesempatan untuk membangun pengetahuannya
sendiri, sedangkan guru berperan sebagai mediator dan fasilitator. Menurut konstruktivisme,
pengetahuan ada dalam diri seseorang yang sedang mengetahui. Pengetahuan tidak dapat
dipindahkan begitu saja dari otak seseorang (guru) ke kepala orang lain
(siswa). Siswa sendirilah yang harus mengartikan apa yang telah diajarkan
dengan menyesuaikan terhadap pengalaman-pengalaman mereka atau konstruksi yang
telah mereka bangun/miliki sebelumnya.
Pengetahuan
merujuk pada pengalaman seseorang akan dunia, tetapi bukan dunia itu sendiri.
Tanpa pengalaman, seseorang tidak dapat membentuk pengetahuan. Pengalaman tidak
hanya diartikan sebagai pengalaman fisik, tetapi juga pengalaman kognitif dan
mental. Pengetahuan dibentuk oleh struktur penerimaan konsep seseorang
sewaktu dia berinteraksi dengan lingkungannya. Lingkungan merujuk pada semua
objek dan proposisinya yang kita abstraksikan dari pengalaman dalam diri
kita sendiri. Lingkungan juga merujuk pada hal-hal yang berada di sekeliling
fokus kita. Lingkungan, baik yang ada dalam diri kita sendiri maupaun hal-hal
disekeliling merupakan lingkup dari pengalaman kita masing-masing, bukan dunia
obyektif yang lepas dari pengamat .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar