MEMBANGUN
LEARNING TRAJECTORY DENGAN MENERAPKAN RUANG DAN WAKTU DALAM TEACHING TRAJECTORY
Oleh
: Novi Lestariningsih, S.Pd.
NIM
: 14712251060
Refleksi kuliah pada
hari Rabu, 8 April 2015
Pengembangan Learning Trajectory Pendidikan Dasar
Dosen Pengampu Prof.
Dr. Marsigit, M. A.
Learning trajectory adalah ilmu
pengetahuan yang mempelajari bagaimana cara siswa belajara, sedangkan teaching
trajectory adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari bagaimana seharusnya guru mengajar.
Membangun teori learning trajectory dan teaching trajectory merupakan hal yang
sangat penting untuk dapat mengerti dan menerapkan learning and teaching
trajectory dalam kegiatan mengajar di sekolah. Dengan mengerti tentang teori tentang
learning trajectory dan teaching trajectory, guru akan sangat mudah dalam
melaksanakan kegiatan belajar mengajar, sehingga hasil pembelajaran optimal,
serta pembelajaran menjadi lebih bermakna.
Dalam membangun teori learning trajectory,
ada empat hal yang menjadi landasan, diantaranya yaitu :
1. Landasan
Spiritual
Bentuk spiritual yang dapat
dipelajari mulai dari yang paling rendah tahapanya yaitu syariat, yang lebih
tinggi yaitu hakikat, dan yang paling tinggi adalah ma’rifat.
2. Landasan
Formal
Bentuk formal merupakan dokumen
resmi yang dibuat pemerintah sampai dokumen yang dibuat sekolah dan guru. Yang
termasuk dalam bentuk formal yaitu :
a. UUD
1955
b. UU
c. Peraturan
Pemerintah
d. Peraturan
Menteri
e. Kurikulum
f. Silabus
g. RPP
h. LKS
3. Landasan
Material
Material disebut juga sebagai
bentuk dari konteks dan konten. Material yang dipelajari untuk membangun teori
learning trajectory yaitu :
Konteks mulai dari fisik, yang disebut
artefak. Lingkungan atau budaya, misal etnomathematic (matematika berbasis
budaya). Konteks bisa juga menggunakan sastra.
4. Pengalaman
Pengalaman dalam hal ini bisa
menggunakan pengalaman-pengalaman guru lain ketika mengajar, misalnya melalui
video tape record (VTR).
Dalam membangun
learning trajectory, guru harus mempunyai konsep teori atau referensi teori
belajar dari para ahli. Mustahil bagi seorang guru mampu membangun learning
trajectori tanpa memahami teori belajar dari para ahli. Setelah guru memahami
berbagai teori dari para ahli, selanjutnya teori itu diinteraksikan kedalam
pembelajaran sehari-hari, agar pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan.
Selain itu, guru juga perlu melakukan berbagai macam penelitian, untuk
membuktikan kebenaran dari masing-masing teori.Ketika guru melakukan
penelitian, maka seorang guru itu telah mengembangkan ilmu. Hal ini akan
bermanfaat bagi dirinya, juga bermanfaat bagi orang lain, sekolah, dan dunia
pendidikan pada umumnya.
Dalam memahami hermenitika, tiap titik mengandung 3
unsur, yaitu
1. Rutin
Dalam kegiatan ini belum ada
ikhtiarnya. Hanya mau menerima sesuai kodratnya, tidak mau berusaha lebih
keras. Sehingga hasilnya juga hanya minim.
2. Sadar
terhadap ruang dan waktu
Dalam tahapan ini telah menyadari
adanya ruang dan waktu dan dapat menyesuaikan terhadap ruang dan waktu.
3. Membangun
hidup
4. Tahap
ini merupakan tahapan tertinggi dalam hermenitika. Sebenar-benarnya belajar
adalah membangun.
Peran guru dalam hal
ini adalah memberi fasilitas dan kesempatan ruang dan waktu kepada siswa untuk
agar dapat membangun hidup. Di sini akan lahir hermenitika learning trajectory.
Dalam learning trajectory, seorang guru juga harus mengetahui hakikat wadah dan
isi dari learning trajectory. Isi berupa kategori, sedangkan wadah berupa
sintak. Dari wadah dan isi tersebut terdapat pengetahuan. Kategari merupakan
apa yang ada ini berbeda. Sedangkan sintak dapat berhirarki, missal dari PAUD,
SD, sampai dewasa. Kemampuan tiap tahapan berbeda-beda. Dalam membangun teori
learning trajectory harus mengetahui teori-teori yang berkaitan dengan learning
trajectory.
Kesimpulan yang dapat
saya ambil adalah bahwa dalam mempelajari atau membangun teori learning
trajectory, kita harus tahu dan mempelajari teori dengan cara membaca referensi
dan menghubungkanya dengan kegiatan di lapangan. Selain mempelajari teori, juga
harus dipraktikan dalam kerangka lesson study. Dalam praktik pembelajaran harus
bersifat terbuka dan dapat bekerja sama dengan pihak lain agar kita benar-benar
bisa meningkatkan mutu sebagai pendidik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar