PENGALAMAN
MENJADIKAN HIDUP LEBIH BERMAKNA
Oleh
:
Novi
Lestariningsih, S.Pd.
NIP
14712251060
Refleksi Pertemuan Ke-3
Pengembangan Learning Trajectory Pendidikan Dasar (Rabu, 4 Maret 2015)
Dosen Pengampu Prof. Dr.
Marsigit, M. A.
Ilmu adalah salah satu hal yang paling
penting dalam kehidupan ini. Dalam melakukan hal apapun, dibutuhkan sebuah
ilmu. Tanpa ilmu, seseorang bagai pengembara yang kehilangan arah sehingga tak
tahu dia akan pergi kemana. Dengan ilmu, menjadikannya hidup lebih bermakna,
bahagia, dan tidak gelisah ketika menghadapi sebuah masalah. Bahkan, karena
sangat pentingnya ilmu ini, Allah berjanji akan memberi derajat yang tinggi
bagi orang-orang yang berilmu. Allah juga berjanji, akan memberi kemudahan bagi
orang-orang yang sedang mencari ilmu.
Pada kegiatan perkuliahan “Learning
Trajectory” ketiga ini, Prof. Dr. Marsigit, M.A menyampaikan materi perkuliahan
tentang cabang-cabang ilmu filsafat. Berdasarkan objek kajian filsafat secara
luas, filsafat dibagi dalam beberapa cabang, yakni:
1. Metafisika,
yaitu dibagi menjadi:
a. Ontology
b. Kosmologi
c. Humanologi
d. Teologi
2. Epistemologi
3. Logika
4. Aksiologi,
terbagi menjadi dua, yaitu:
a. Etika
b. Estetika
Metafisika merupakan cabang filsafat
yang mempelajari penjelasan asal atau hakekat objek (fisik) di dunia. Aksiologi merupakan ilmu yang
mempelajari hakikat dan manfaat yang sebenarnya dari pengetahuan. Epistemologi dapat didefinisikan
sebagai cabang filsafat yang mempelajariasal mula atau sumber, struktur, metode
dan sahnya (validitasnya) pengetahuan. Pengertian paling umum pada ontologi adalah bagian dari bidang
filsafat yang mencoba mencari hakikat dari sesuatu. Ringkasnya, pada tinjauan
filsafat, ontologi adalah studi tentang sesuatu yang ada.
Pada kuliah Learning Trajectory Pendidikan Dasar yang
disampaikan oleh Prof. Marsigit, M. A. dijelaskan beberapa
istilah-istilah yang berkaitan dengan ilmu. Misalnya, ilmu yang kebenarannya
ada di dalam pikiran disebut liberalisme, ilmu yang ada di luar
pikiran disebut realisme, ilmu yang kebenarannya bersifat
konsistensi disebut koherentisme, ilmu yang berdasarkan logika
disebut logisisme, ilmu yang berdasar dari pengalaman disebut, empirism, ilmu berdasarkan
sejarahnya disebut hegelianisme (tokohnya bernama Hegel,
setiap apapun yang lahir di dunia ini pasti ada sejarahnya, tidak tiba-tiba
muncul, bahkan batu sekalipun), ilmu dikarenakan kebajikannya disebut filsafat,
ilmu berdasarkan pada ketentuan disebut analitik, ilmu yang
dikarenakan sebabnya disebut sintetik (karena pada setiap unsur
ada sebab akibatnya), ilmu yang kebenarannya mendahului peristiwanya
disebut apriori (peristiwa yang belum terjadi tetapi
sudah benar, misalnya, sekrang hari Rabu, maka minggu depan pasti akan bertemu
dengan hari Rabu lagi), ilmu yang kebenarannya mengikuti peristiwanya disebut aposteriori
(ilmu ini cocok untuk anak kecil, karena anak-anak akan melihat bendanya
terlebih dahulu, baru akan memikirkannya).
Ilmu yang ada itu langit, dan ilmu yang
mungkin ada itu bumi. Sebenar-benarnya ilmu yang tidak berubah (tetap) adalah
Firman Tuhan. Antara ilmu yang ada dan ilmu yang mungkin ada lahirlah ilmu yang
menjadi jembatan dari kedua ilmu yang disebut Sintetik Apriori dan tokohnya
bernama Immanuel Kant. Menurut Imanuel Kant, untuk menjadi ilmu pengetahuan
maka harus ada pengalaman dan logika, harus Sintetik dan Apriori, sehingga
apabila hanya Sintetik-Aposteriori maka tidak akan mampu tidak memperoleh
apa-apa. Dengan demikian, ilmu itu harus Amaliah dan Ilmiah.
Dari bagan diatas dapat dikemukakan bahwa
sintetik apriori merupakan gantungan dari sesuatu yang ada dan mungkin ada,
oleh karena itu, sintetik apriori yang dianggap paling tepat digunakan.
Landasan ilmu pengetahuan yang plaing tinggi adalah spiritual, disusun kemudian
landasan normatif, formal, dan yang terakhir adalah materi. Berbeda dengan
august comte, dengan pemikiran filsafat positivisme. Dalam teori August Comte,
segala sesuatu hanya berdasar pada logika saja, hanya berdasarkan hasil riset
ilmiah saja, hanya yang tampak dan terlihat saja, sehingga mengabaikan aspek
spiritual bahkan aspek spiritual adalah landasan paling bawah dalam pemikiran
august comte. Pemikiran inilah yang bisa menyebabkan kehancuran sebuah bangsa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar